Hai Aku, Selamat Menua.
September 02, 2019
Hai bayi,
Aku hanya ingin memberi tahu
bahwa, kelak, perjalanan hidupmu mungkin tidak akan semulus apa yang
dibayangkan, tak akan seindah yang diinginkan, tapi, aku tahu betul bahwa kamu
akan menghadapi itu semua dengan gagah berani.
Dari luar kamu memang terlihat
lemah. Bahkan ketika kamu SMA, saat kamu upacara, ketika MC baru membacakan
susunan upacara pada butir pembacaan Pancasila, kamu akan melipir ke barisan
paling belakang, jongkok, sembari membaluri leher dan perutmu dengan minyak
kayu putih.
Bahkan, setiap kali kamu ikut
mama ke pasar, baru sekitar 30 menit, kamu akan bercucuran keringat dingin karena
mual. Pun juga setiap kali kamu naik bus ketika kamu kuliah, tak lebih dari 10
menit, kakimu sudah gemetar, pandanganmu sudah berkunang-kunang, dan kamu akan
berjongkok di tengah padat dan sesaknya bus hanya demi bisa menetralkan dan
memulihkan daya tahan. Meski setelah itu kamu akan mendapat masalah baru: kesemutan.
Beberapa hari lalu, kamu genap
menginjak usia 22. Angka favoritmu bukan? Kamu selalu merasa bahwa tanggal
lahirmu adalah tanggal yang keren, 22 adalah angka yang cantik. Bahkan, ketika penyanyi
favoritmu saat SMP mengeluarkan lagu berjudul 22, kamu menjadi semakin yakin bahwa
angka 22 adalah angka yang luar biasa keren.
I don’t know about you, but I’m
feelin 22
Everything will be alright, if
you keep me next to you.
Dek, kamu akan tumbuh menjadi
pribadi yang kuat dan tak terpatahkan. Kamu akan mengejar semua mimpi yang satu
persatu kamu gantungkan di dalam doamu. Kelak, kamu akan merasakan bagaimana
rasanya belajar materi anak S1 saat kelas 10. Kamu akan merasakan lenganmu
berjabat dengan orang-orang hebat yang sedang berjuang membawa nama baik sekolah.
Kamu akan merasakan belajar sendirian di perpustakaan sementara teman-temanmu
belajar di kelas, kamu akan merasakan pulang sekolah sendirian karena
teman-temanmu sudah pulang saat bel sekolah berbunyi beberapa jam sebelumnya.
Kamu akan merasakan dimana masa-masa indah putih abumu dipenuhi lembaran soal
yang diberikan oleh tutormu, siang, malam, dini hari, kamu tidak kenal lelah meski
sering kali ribuan keluh kamu utarakan. Akan tetapi, perjuangan itu membuat mental
dan daya juangmu meningkat satu level.
Masa SMA, akan menjadi masa
terindah dalam hidupmu. Kamu bisa mendapatkan banyak pengalaman baru, memiliki
banyak teman yang luar biasa baiknya, kamu akan merasakan rasanya jadi ketua kelas
meski hanya setengah periode, kamu akan merasakan menjadi Miss Manjo meski kamu
yakin betul alasan kamu menang karena guru-guru kasihan melihatmu harus berdiri
dengan high heels padahal seminggu sebelumnya kamu baru selesai bertarung
di MAN Leuwiliang.
Bisa ku bilang, kamu adalah orang
yang memiliki hoki tinggi. Selamat, kamu diterima diperguruan tinggi negeri melalui
jalur undangan dengan jurusan yang kamu dambakan: akuntansi! Selamat datang di
dunia debet kredit. Ketahuilah, sesungguhnya akuntansi tidak seindah sebatas
debet kredit saja, kamu akan dibuat menyesal setengah mati masuk di jurusan ini
saking susahnya bertahan menghadapi intermediate accounting. Tapi,
berkutat di jurusan yang menyiksa raga ini justru menjadikan tingkat sabar dan
rasa hati-hatimu meningkat satu level. Bagaimana tidak, nol satu nyelip di
tempat yang bukan tempatnya aja bisa bikin masalah meleber kemana-mana.
Tapi, di masa perkuliahan inilah
hidupmu diterpa bertubi-tubi masalah dan kejadian-kejadian ajaib. Dari mulai dengan
kehabisan kosan karena saat itu biaya hidupmu saat awal kuliah pas-pasan dan
akhirnya kamu menumpang di indekos saudaramu. Bermasalah dengan anak kelas 2
MTs (saat itu), luntang lantung di warnet untuk mengerjakan tugas karena tidak
memiliki laptop, dibohongi orang yang paling kamu percaya berkali-kali,
dikhianati, melihat orangtuamu bertengkar, merasakan bekerja paruh waktu, menahan
lapar karena uangmu digunakan untuk operasi mata kucing jalanan, dinyinyiri
teman-teman kosan karena memelihara kucing, merasakan mengabdi di pelosok Banten,
merasakan tergabung dengan UKM di kampus meski ketika satu langkah akan dilantik
menjadi anggota kamu malah lebih memilih keluar dan menjadi relawan di dunia pendidikan.
Kamu adalah anak yang terlahir
dengan sejuta hobi. Kamu suka membaca komik dan novel, saat usiamu 12, kamu
membeli novel pertamamu, Sherlock Holmes, yang kamu beli di mini market dengan
menyisihkan uang sakumu. Saat putih biru, kamu suka menulis cerbung, atau
mungkin lebih tepatnya fanfiction karena kamu menggunakan tokoh
anak-anak Idola Cilik. Kamu menulis cerbung-cerbung itu dengan tangan, lalu
kamu copy dan kamu sebar ke teman-teman sekelasmu. Kamu mencekoki
teman-teman sekelasmu dengan cerbung-cerbung receh setiap harinya. Part I, part
II, part III, hingga belasan. Lalu kamu mengikuti sebuah lomba menulis, temanya
tentang lingkungan, aturannya boleh diketik dan tulis tangan, dan kamu memilih
tulis tangan (nasib gak punya PC) sebanyak 2 folio tanpa ada tip-x setitik
pun. Dan pada suatu hari kamu mendapatkan paket di sekolah, isinya sertifikat
bahwa kamu masuk 20 besar dari 33ribu peserta dan tempat minum dari brand penyelenggara
yang masih sering kamu gunakan hingga hari ini. Hanya saja, hobi menulismu
kandas saat SMA, karena sebagian besar waktumu lebih banyak dihabiskan untuk
berkutat dengan soal-soal indeks harga dan soal-soal kenapa harga bawang naik
berserta kurvanya. Saat kuliah, hobi zaman SD-mu bangkit kembali. Saat SD, kamu
dua kali mewakili sekolah di kompetisi menggambar, meski dua-duanya hasilnya zonk.
Dan saat kuliah, kamu kembali menekuni itu dengan lebih niat dan bermodal, saat
SD menggunakan cat air Mr Loves Guitar yang kamu beli di abang fotokopi
dengan harga 13.000, yang isinya 80% air lalu sisanya ampas cat yang mengering,
setidaknya kini kamu menggunakan cat air yang lebih layak meski untuk
mendapatkannya kamu harus men-sunat uang makanmu beberapa hari.
Dan, aku ingin mengucapkan selamat.
Selamat, saat ini kamu sudah sarjana. Di belakang namamu kini tersemat bidang
yang kamu pacari bertahun-tahun, akuntansi. Titel yang kamu dapatkan
penuh perjuangan, title yang kamu dapatkan dengan banyak koyo dipunggung, banyak
kopi yang kamu teguk agar terjaga setiap malam, dan banyak hal lain yang kamu
korbankan hingga kesehatanmu sendiri.
Kamu lahir dari keluarga yang
cukup, masa kecilmu indah luar biasa. Apa yang kamu ingin selalu dikabul,
baju-baju bagus, mainan, susu, boneka. Akan tetapi, kamu tumbuh besar bersamaan
dengan keadaan ekonomi keluargamu menurun. Dan itulah yang membuat kamu harus
teguh dan berjuang ekstra. Kamu tidak sekaya orang lain, orangtuamu tidak akan
sanggup membiayai kuliahmu, maka untuk mencapai itu kamu harus belajar
mati-matian, dapatkan beasiswa. Kamu tidak secantik mereka, maka, kalahkan
mereka dengan isi kepalamu yang brilian, dengan karya-karya yang keluar dari
tanganmu, karena, isi kepala dan karyamu akan lebih abadi dibandingkan dengan fisik
yang akan berubah dengan seiringnya waktu.
Kamu akan tumbuh menjadi
perempuan dengan hati yang kuat, dengan telaga kesabaran yang maha luas, kamu
akan tumbuh menjadi pejuang berani yang tak terkalahkan. Kamu akan banyak
diuji, kamu akan banyak diinjak, harga dirimu sering kali akan jatuh, tapi, kamu
akan tetap berdiri tegak meski betis dan punggungmu dihujami banyak anak panah
yang ingin meracuni keteguhanmu. Anggaplah semua ujian yang kamu hadapi, khususnya
saat kamu menginjak usia 22, bisa menjadikanmu menjadi insan yang lebih baik
lagi, menjadikanmu satu level lebih kuat lagi.
Dear anak kampungan yang pemalu,
si introvert yang hobi berkhayal,
Selamat menua, jangan lupa tetap tersenyum dan selalu menjadi pribadi yang pemaaf.
0 komentar